Jumat, 15 Mei 2009

Kualitas Pelajar SMA

LULUSAN Sekolah Menengah Atas (SMA) hendaknya memiliki keunggulan, bukan saja dalam mendidik siswa dengan ilmu dan teknologi melainkan kecakapan hidup. Dengan demikian siswa yang lulus dari pendidikan menengah memiliki kemampuan handal. Ketika mereka bersaing untuk memperebutkan kursi di lembaga pendidikan tinggi maupun saat harus berhadapan dengan kondisi nyata dalam kehidupan masyarakat. Sekolah harus mendidik siswanya memiliki kemampuan lebih baik secara vertikal maupun horizontal, melalui pendekatan ini diharapkan sekolah unggul bukan saja memiliki daya tarik bagi siswa melainkan juga memberi nilai tambah bagi masyarakat seluas-luasnya. Selain itu sekolah-sekolah unggul memiliki kewajiban untuk membagi keunggulan kepada siswa dari sekolah yang tidak unggul secara keseluruhan. Siswa sekolah kebanyakan dapat magang di sekolah unggul untuk menimba ilmu dan pengalaman agar memiliki kelebihan yang dapat ditularkan di sekolah asalnya. Pendekatan pembelajaran yang berbasis masyarakat luas menjadi kebutuhan di masa depan sehingga sekolah akan menjadi ramai bukan saja selama masa belajar melainkan menjadi pusat pembelajaran masyarakat. Anak-anak putus sekolah masih dapat belajar hidup di sekolahnya agar mereka memiliki bekal untuk menjalani kehidupan di masyarakat. Dalam hal kurikulum sekolah ini menerapkan prestasi yang merata di setiap siswa dengan memberikan dukungan pelajaran bagi mereka yang tidak mampu dalam salah satu bidang studi atau nilainya sangat kecil. Dengan menerapkan program binaan siswa khusus yaitu pembinaan kepada siswa yang mempunyai nilai dibawah standar dan gratis dengan proritas kelas tiga. Dari sekian banyak ekstrakurikuler yang diberikan sekolah kepada siswa-siswi mempunyai dua macam ekstrakulikuler yaitu bersertifikat dan tidak bersertifikat. Ekstraulikuler yang bersertifikat yaitu komputer, bahasa Inggris, dan menjahit yang dimaksudkan sebagai life skill siswa untuk modal kalau tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi setelah lulus nanti. Sedangkan non sertifikat dilaksanakan untuk memberikan wawasan kebangsaan siswa. Sekolah menganjurkan kepada siswa-siswa dan guru untuk melaksanakan kehidupan sekolah berdasarkan kepada budaya setempat untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan siswa-siswi sesuai agamanya masing-masing. Sisswa SMA dan remaja putus sekolah mendapat pemberdayaan. Lembaga Indonesia untuk Pengembangan Manusia (LIPM) mengadakan program magang untuk siswa SMA, untuk meningkatkan mutu pengajaran akademis di SMA Unggul yang terpilih, dan SMA lain di sekitarnya. Program magang untuk siswa SMA ini diprioritaskan pada dukungan kepada siswa kelas III SMA, terutama anak perempuan dari keluarga kurang mampu. "Untuk itu, dalam lomba SMA Unggul di Kabupaten Malang, setiap Perguruan Tinggi jejaring LIPM diharapkan memilih sebanyak-banyaknya empat sekolah SMA untuk masuk final," ujar Haryono Suyono. Dalam enam bulan pertama, setiap perguruan tinggi akan membina satu SMA terpilih sebagai model sekolah yang dikembangkan. Setiap SMA unggul model akan dibantu mengembangkan latihan dan pembelajaran agar setiap siswa kelas III, mempunyai keterampilan dan kemampuan pribadi untuk hidup mandiri. Di samping itu sebanyak 10 sampai 25 siswa, terutama siswa perempuan dengan perbandingan 7:3 antara perempuan berbanding laki-laki yang sudah mengikuti latihan, akan dibantu untuk latihan wirausaha secara mandiri atau magang pada usaha ekonomi atau usaha mandiri yang lokasinya ada di sekitar sekolah. Apabila magang pada usaha ekonomi yang letaknya di sekitar sekolah tidak menguntungkan, siswa-siswi tersebut bisa juga magang di tempat lain yang dipandang menguntungkan dan mudah dicapai siswa. Magang dilakukan bergantian dengan anak sebaya yang tidak sekolah. Setiap sekolah memberi kesempatan anak usia SMA yang tidak sekolah, atau anak DO, untuk mengikuti latihan ketrampilan yang diadakan di sekolah. Anak yang tidak sekolah dan usianya sebaya SMA ikut diusahakan menjadi partner magang. Mereka ikut bekerja di tempat usaha pada pagi hari, sedangkan siswa yang aktif sekolah di pagi hari, melakukan tugas magang siang hari atau sore hari, secara bergantian. "Dengan demikian, program magang ini sekaligus bisa menolong melatih anak-anak usia sebaya SMA, yang sekolah maupun tidak, dan tempat tinggalnya atau kegiatan magangnya di sekitar sekolah," katanya. Kegiatan magang dapat pula di lakukan di kantor-kantor usaha ekonomi produktif, bank atau kantor lainnya yang ada di sekitar sekolah. Prinsip magang adalah memberikan pengalaman praktek kepada setiap siswa, atau memberi keuntungan kepada siswa dan kepada usaha di mana siswa ikut menikmati latihan praktek di tempat usaha magang tersebut. "Soal pengurusan izin, pengaturan siswa magang dan pengawasan disiplin siswa magang menjadi tanggung jawab setiap sekolah," harapnya seraya menambahkan, dengan rekomendasi anggota jejaring LIPM, yaitu perguruan tinggi pembina, setiap sekolah yang dibina akan diberikan bantuan dana sebagai dukungan modal Yayasan Damandiri dan LIPM, untuk bantuan pinjaman modal bagi pengusaha yang menerima siswa magang. Jumlah dana untuk setiap paket dan setiap siswa sudah dialokasikan. Dana tersebut akan diberikan Yayasan Damandiri dan LIPM sebagai dana abadi kepada siswa dan menjadi milik sekolah. Dana tetap tersimpan di bank dan dapat diambil untuk keperluan pemberdayaan sekolah dengan ketrampilan. Selain dana tersebut kepada setiap sekolah akan disediakan dukungan bantuan untuk pelatihan dan pembinaan life skills. Untuk mengundang guru pelatih keterampilan, atau untuk mengirim siswa-siswi berguru ke tempat latihan. Kepada sekolah unggulan yang dikembangkan akan dikirimkan juga paket buku tentang pembelajaran keterampilan usaha mendiri sebagai bahan referensi dan lokasi perpustakaan sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar