Sabtu, 16 Mei 2009

Bisnis Baru: Home Schooling

Pesinetron belia yang sedang naik daun Nia Ramadhani tak perlu cemasmemikirkan bangku sekolah saat syuting. Ia tidak perlu keteteranmembagi hari untuk sekolah dan jadwal syuting. Pasalnya, sebagai muridE-Hughes Schooling, ia bisa tetap menimba ilmu tanpa terkurung jadwaldi kelas karena mempunyai otoritas untuk menentukan jadwal belajarnyasendiri di rumah.
Memilih menjadi seorang homescooler tak hanya dilakukan Nia yangmemiliki jadwal padat. Gagah Tri Darma Prasetya mengaku memilihprogram pembelajaran home schooling ketimbang sekolah formal karenalebih efektif. “Kalau di sekolah formal istilahnya guru menjadisopirnya, kalau jadi homeschooler, kita sendiri yang menjadisopirnya,” ungkap putra pemain teater Ratna Riantiarno yang sejakbeberapa tahun ini tergabung dalam Kak Seto Home Schooling.
Di belahan bumi lain, terutama Barat, metode pembelajaran alternatifini sudah lama dipakai masyarakat. Di seluruh dunia terdapat 6 jutahome schooling (HS) yang tersebar di berbagai negara. Di sini,belakangan, program HS memang menjadi alternatif pembelajaran. Dalampandangan pakar sekaligus pemerhati pendidikan, Seto Mulyadi, yangakrab disapa Kak Seto, HS merupakan sekolah alternatif yangmenempatkan anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikansecara at home. “Dengan pendekatan inilah, anak-anak merasa nyamanbelajar karena mereka bisa belajar apa pun sesuai dengan keinginannya,kapan saja dan di mana saja seperti ia tengah berada di rumahnya,”katanya.
Menurut Kak Seto, meski disebut HS, tidak berarti anak terus-menerusbelajar di rumah. Anak-anak bisa belajar di mana saja dan kapan sajaasal situasi dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkanseperti di rumah. “Karena itu dalam sistem HS, jam pelajaran bersifatfleksibel, mulai dari bangun tidur sampai berangkat tidur kembali,”imbuh pemilik Kak Seto Home Schooling (KSHS) ini.
Meski baru dibangun pada Februari lalu, peminat KSHS lumayan banyak.Saat ini KSHS melayani permintaan untuk HS anak SD dan SMU. Untuktingkat SMP baru dibuka Juli mendatang. KSHS dimulai dengan 10homescooler pada Januari lalu. Pada Maret ini sudah 25 murid terdaftardi KSHS. Dan, 15-20 calon homeschooler yang antre sampai tahun ajaranmendatang. “HS di sini lebih terstruktur dengan ketentuan seminggu duakali, selebihnya anak-anak belajar sendiri,” ujar Kak Setomenjelaskan.
Model pendidikan alternatif HS belakangan memang marak dipilih paraorang tua. Sekadar menyebut contoh, Ratna Riantiarno dan Neno Warismanmemilih model alternatif ini untuk pendidikan anak-anaknya. Seiringdengan meningkatnya minat orang tua terhadap model pendidikanalternatif ini, komunitas HS pun bermunculan. Selain KSHS, adaKomunitas Berkemas, Kerlip, Morning Star Academy, Komunitas IbnuAmanah, juga Komunitas Kebun Main. Untuk memayungi berbagai komunitasHS ini, Kak Seto bersama Departemen Pendidikan Nasional kemudianmenggagas lahirnya Asah Pena (Asosiasi Sekolah Rumah dan PendidikanAlternatif) pada 4 Mei 2006.
Salah satu anggota Asah Pena, Komunitas Berbasis Keluarga danMasyarakat (Berkemas) diakui sang pendirinya, Yayah Komariah,kebanjiran permintaan HS. Berdiri tahun 2003, saat ini ada 55homeschooler yang tersebar di berbagai kota. Menurut Yayah, ia sendiritak mematok angka tertentu untuk biaya HS di tempatnya. “Terserahkeikhlasan mereka,” katanya berkilah. Yang pasti, saat ini saban bulanada orang tua yang memberi Rp 30 ribu, ada juga yang Rp 200 ribu.Sementara untuk ujian semester, ia mematok Rp 50 ribu untuk biayapembuatan soal, di luar ongkos kirim untuk muridnya yang berada diluar kota.
Berkemas yang membuka untuk pengajaran setingkat SD dan berkantor digang sempit di kawasan Pasar Minggu, diakui lulusan IKIP Jakarta ini,juga direspons para orang tua yang tinggal di Kalimantan. “Karenajarak jauh, saya hanya mengirimkan modulnya,” ujarnya.
Seperti juga Berkemas, Morning Star Academy Home Schooling (MSA HS)diakui pendirinya, Wanti Wowor, juga banyak mendapat permintaan.Dengan bahasa pengantar bahasa Inggris, MSA HS yang melayani tingkatanSD sampai SMA saat ini memiliki sekitar 400 homeschooler. “Metode yangkami pakai merupakan adaptasi dari metode HS di luar negeri. Kami jugabekerja sama dengan Franklin Classical School di Amerika Serikat,”ungkap Wanti yang mendirikan MSA HS pada 2002.
Diakui Kak Seto, saat ini pihaknya juga tengah membina kerja samadengan asosiasi HS di AS dan Australia. Seiring dengan permintaan HSyang makin banyak, Juli mendatang Kak Seto akan menerapkan programe-learning. Selain itu, KSHS juga akan diwaralabakan. “Sudah adapermintaan franchise dari Surabaya, Bandung, Semarang, Makassar,Batam, dan Denpasar,” katanya. Menurut Kak Seto, pada Mei-Junimendatang akan ada pelatihan untuk tutor waralaba. “Sehingga Julinanti, franchise sudah bisa berjalan,” kata Kak Seto yang tak maumenyebut biaya mengambil waralaba KSHS.
Sejatinya, Kak Seto tidak memikirkan dampak bisnisnya. Sistem waralabaini dibuat lebih untuk menjaga kualitas HS supaya tidak melenceng.“Saya akan selektif memilih calon franchisee, yang jelas orientasinyatidak sekadar bisnis,” tuturnya. Pembagian keuntungan sendiri, 40%untuk KSHS dan 60% untuk franchisee-nya.
Menurut Dhanang Sasongko, Direktur Pengelola KSHS sekaligus SekjenAsah Pena, modal awal untuk membangun komunitas HS sebesar Rp 20-25juta. “Termasuk kecil karena tidak memerlukan perawatan gedungbelajar,” katanya. KSHS memiliki fasilitas pertemuan para homeschoolerdi Salapa Knowledge Center dan rumah Kak Seto. “Sampai Maret ini kamisudah (mencapai) BEP (breakeven point),” katanya. Sampai Maret lalu,KSHS memiliki empat tutor.
KSHS mematok uang pangkal Rp 1,5 juta untuk level SD ataupun SMA.Adapun uang kegiatan untuk level SD Rp 1,5 juta dan untuk level SMA Rp2 juta. Sementara iuran bulanan SD dipatok Rp 350 ribu dan SMA Rp 450ribu. Untuk tahun ajaran baru yang dimulai Juli nanti, biaya-biaya initentu saja bisa berubah. Kalau orang tua menginginkan ada tutor yangdatang ke rumah, ada biaya ekstra. Untuk tingkat SD, sekali semingguRp 440 ribu, dua kali seminggu Rp 800 ribu, dan tiga kali seminggu Rp1 jutaan. Sementara untuk SMA, seminggu sekali Rp 520 ribu, dua kaliseminggu Rp 880 ribu, dan tiga kali seminggu Rp 1,3 juta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar